Kuatkan Kapasitas Penerap Standar Instrumen Pertanian (Jagung), BSIP Sulut Gelar Bimtek
Parepei (6/3), krisis pangan global akan menjadi tantangan Indonesia ke depan yang harus dihadapi dan segera dicarikan solusinya. BSIP Sulawesi Utara (Sulut) hadir di tengah-tengah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), petani dan petani penangkar jagung dalam rangka melaksanakan kegiatan penguatan kapasitas penerap standar instrumen pertanian mendukung UPSUS dan percepatan tanam dan peningkatan produksi jagung di Kabupaten Minahasa. Hadir dalam kegiatan tersebut: Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa, Dr. Margaretha Ratulangi, Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa, BPSB TPH Sulut, BPPMTPH Sulut, PPL yang ada di 16 kecamatan serta petani dan penangkar jagung yang tersebar di Minahasa.
Kepala BSIP Sulut, dalam hal ini diwakili oleh Ketua Tim Kerja Diseminasi Standar Instrumen Pertanian BSIP Sulut, Dr. Conny Manoppo, S.P., M.Si, menyampaikan bahwa jagung merupakan salah satu sumber pangan pokok, terutama karbohidrat, selain padi/beras. Target produksi tahun 2024 Kementrian Pertanian sebesar 23.21 juta ton pipilan kering. Sehingga untuk mencapai produksi tersebut, strategi Kementan yang pertama adalah intensifikasi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas jagung.
Selain penggunaan benih unggul, intensifikasi ditempuh dengan penggunaan bahan-bahan alami, seperti pupuk organik, pupuk hayati, dan pestisida nabati. Kedua, optimalisasi lahan yang ada dengan tujuan lahan bisa dipanen hingga empat kali dalam setahun. Hal ini dilakukan dengan penerapan pola tumpang sari, yakni antara jagung dengan tanaman perkebunan, seperti kelapa dan sawit, atau pola tumpang sisip dengan menanam jagung pada areal lahan tanaman lain yang hampir panen.
Ketiga, pola ekstensifikasi atau perluasan lahan baru. Penting juga melakukan inovasi teknologi, seperti memberikan perlakuan hormon auksin sehingga jagung tongkol satu bisa menjadi tongkol 2-4. Berdasarkan data Kementan, penggunaan jagung sebagai bahan baku pakan dibagi menjadi dua, yaitu; industri pakan ternak yang kebutuhannya kurang lebih 8,9 juta ton per tahun, dan pakan mandiri kurang lebih 3 juta ton per tahun, yang mana kebutuhan itu 100 persen dipenuhi dari dalam negeri.
Jagung juga menjadi bahan baku utama bagi industri makanan dan minuman sekitar 1,5-2 juta ton per tahun, dan industri bioetanol sekitar 535 ribu ton. Penerapan standar dalam budidaya tanaman jagung dapat meningkatkan produksi serta pendapatan dan kesejahteraan petani.
Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Dr. Margaretha Ratulangi. Minahasa merupakan salah satu lumbung pangan di Sulut, untuk itu Minahasa diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam mengamankan pasokan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani di Minahasa, serta memberikan dampak positif pada ketahanan pangan Sulut secara keseluruhan.
Pemerintah Kabupaten Minahasa memberikan apresiasi kepada BSIP Sulut yang siap dengan berbagai program pendampingan penerapan standar budidaya tanaman jagung. Pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa turut mendukung dan siap berpartisipasi dalam mendukung program Kementerian Pertanian.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi dan diskusi yang menghadirkan narasumber yang sangat berkompeten, antara lain: Standar Teknik Budidaya Jagung dari BSIP Sulut oleh Arnold Turang, S.P., Standar Perbenihan Jagung dari BPSB TPH Sulut oleh Wempi Pangalila, S.P., M.Si, dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jagung dari BPPMTPH Sulut oleh Yusak Wongkar, S P. M.Si.
Sumber:
Tim Penguatan Kapasitas Penerap Standar Pertanian Jagung BSIP Sulawesi Utara Wilayah Minahasa-Minut.